28 December 2004

     


Kawan....
Air mata kita yang lahir dari rahim pagi itu
Adalah air mata matahari
Karena di bibir benua tak kulihat lagi ujung yang berseri
Duka kita yang mengalir dari lidah samudera itu
Adalah duka semesta raya
Karena tangis itu kita rasakan dari perih yang sama
Saat tragedi mendera wajah negeri
Keangkuhan mendesau beku
Desau yang melantakkan ego kemanusiaanku...
Malam ini, meski tak dapat kujumpai wajahmu yang mirip puisi
Tetap kupanggil namamu di serambi panjang manik-manik doaku
Hingga antara kelam malam dan fajar tembaga
Dapat kutemukan kembali senyum tulus setulus cahaya
Kawan....
Meski hanya pada awan kita berjabat tangan
Meski dengan bahasa Lokan kita berkirim pesan
Kuyakinkan kalian tak berjalan sendirian
Mari kita serahkan luka itu pada butiran asa
Hingga fajar tak lagi mengirimkan tetes-tetes air mata
. . . . . . . .
untuk nama yang syahid di rahim samudera
untuk kepergian yang tak pernah kembali pulang
untuk harapan yang hilang di balik reruntuhan
untuk jiwa yang luka ditikam air mata
bagimu takzim ini terkirim
bagimu empati ini abadi
mari bersama kita lafadzkan kekuatan dan pengharapan
karena kita ada hanya karena serpih-serpih do'a
yang dijawabNya.....

Air mata dari jogja, 27 Desember 2004

Untuk kawan-kawan baikku yang sampai saat ini belum bisa dihubungi semoga tak terjadi apa-apa dengan kalian. Untuk semua orang di belahan manapun mari kita untai do'a yang panjang untuk mereka yang kesakitan, untuk mereka yang sendirian, untuk mereka yang ditinggalkan, untuk mereka yang di aceh, sumatera, nabire, alor, srilanka, india, thailand dan di semua tempat di dunia yang sedang menderita. Yaa Allah, sayangilah mereka. Semoga ini adalah jalan untuk menaikkan derajat mereka di hadapMu. [kami ikut berduka sedalam-dalamnya]



 
   

  27 December 2004

     



Pulang dari Lab. tiga minggu kemarin, kulihat pagi begitu cerah. Matahari yang biasanya enggan menyapa kini kulihat hangat memanduku pulang. Mungkin karena beberapa hari Jogja dibekap hujan, titik-titik air di langit pasti telah banyak yang tumpah hingga membuat pagi itu begitu cerah. Angin mati, mendung pagi tak lagi mendominasi. Langit jernih, biru bersih.
Dan ada satu hal yang hanya setahun sekali tersaksikan. Laron-laron melayang di permukaan jalan membuat kampus terasa lain. Sepi, tapi ada kehidupan. Ada kehidupan tapi tak ada suara. Dan sayap laron yang mengepak meninggalkan jejak yang beranak-pinak di fikiran. Pagi sunyi, kesepian beranjak ke ulu hati. Di sebelah barat balairung sempat kuambil foto Merapi. Di samping Grha Sabha Pramana, di tengah bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang olahraga kujumput keindahan yang dicipta sang penguasa semesta. Sunrise di atas postingan ini kuambil di situ.
nb: buat andian kangen kan sama jogja...? kapan ke temanggung?


 
   

  15 December 2004

     

solilokui setengah hari




sepenggal kabut lelah yang kerap menghampiri itu kuingin segera punah... patah... karena rembulan telah kau terbitkan pada langit yang gelisah, yang mengejawantahkan pengembara dewasa dari lapis-lapis luka bianglala. Jujur saja, jika pulsamu tak pernah mengetuk dini hariku, mungkin aku masih menyulam sepi bagai sungai ilusi yang mengalir tak pasti atau bahkan menggores jalan dengan tinta rembulan. Saat aku hilang kata-kata, engkau menyata dari mahakarya pujangga hingga jiwa tak lagi bersua derita meski tulang terasa remuk redam. Entah sekedar halusinasi atau mimpi yang membumi, namun terimakasih engkau telah membuat matahariku kembali menari. Temanilah aku sampai waktu menelanku seperti gemericik yang menemani aliran air. Begitu hidup, begitu abadi menggubah simfoni hingga detik-detik tak lagi memiliki definisi.

note: buat temanku yang teramat baik, yang tersisip antara maya dan nyata, yang terurai antara intuisi yang kadang sejoli, selamat ulang tahun ya, semoga sisa umur kita menjadi lebih bermakna saat usia makin menua. Terimakasih atas semua yang telah kau beri, aku tak tahu kapan dapat membalas seluruh kebaikan ini.....


 
   

  12 December 2004

     



Saksikanlah kekasih, saat aliran cinta semuku bermuara di hilir lembut sungai tak mayamu akankah senyum bergulir kembali di hati yang keras kelam ini seperti matahari yang terbitkan kupu-kupu dari balik rahim kelambu. Adalah engkau yang mampu redupkan hati saat aura berwujud singa menjelma angkuh dari batin yang rapuh dan memilih berlarian dari keanggunan meski masih kusebut lirih namamu dalam akan terpejamku hingga engkau belai gundah dari ketenangan puja untuk mimpi indahku.
Kekasih, jika hari ini aku harus menjumpaimu, kukatakan sekali lagi aku tak mampu, karena baju yang engkau berikan terakhir kali telah lusut dan berlumut oleh dusta, dan permata yang kau semat di balik kerongkongan tak lagi menyinari lidah hitam ini hingga suaraku parau seakan suara pendosa yang dihajar massa. Aku malu kekasih. Malu pada ampunanmu. Malu pada kebaikanmu. Wahai, cahaya malam dan ranting rembulan tolong sampaikan lirih ini untuknya karena aku tak sanggup lagi bersua dengan wajah yang paling sempurna, bahkan jika kedatanganku hanya sekedar menyapa.


 
   

  11 December 2004

     



Apa sih susahnya, ngubah kebiasaan tidur? Cukup “mapan” di kasur, sebentar kemudian langsung mendengkur? Yup, memang mudah mengatakannya tapi ampuun susaheee…! Seminggu ini aku dibuat kelabakan karena kebiasaan tidurku yang tak kunjung normal. Gara-gara kerjaan yang “mewajibkan” begadang semalaman selama sebulanan, sekarang aku nggak bisa segera lelap meski jam telah menunjuk angka empat. Tubuh penat, mata berat tapi tak mau segera istirahat.

Untunglah aku mempunyai teman yang teramat baik yang sering membangunkan tidur (Makasih yha Ka'....) dan beruntung juga aku punya kebiasaan yang menurut orang2 unik (tapi menurutku normal aja tuh :-)). Kalo waktunya pas, aku akan segera menembus awan mimpi setelah byar... byur... mandi. Rasanya habis mandi dan pake pakaian bersih, tubuh menjadi hangat, ringan dan nyaman buat tidur-tiduran. Akhirnya, untuk memajukan jam tidur, beberapa hari kemarin kalau nggak bisa segera tertidur terpaksa aku sampai mandi jam 1 dini hari ataupun jam 12 malam biar bisa bangun subuh walau kadang tetep nggak bisa juga tertidur. Awalnya sih takut dikira ngelakuin ritual gaya penyanyi dangdut Caca Handika (song: mandi kembang tengah malaaammm jangan kau lakukan, kalau hanya mengharap maaf dariku….. na.... na… na… dst maaf nggak hafal). Tapi yaa... itu tetep kulakukan karena kufikir itu satu-satunya jalan keluar yang paling murah dan mudah. Mo pake CTM biar ngantuk? Ehm... ngaak ah.

Oiya, bagi teman-teman yang agak insomnia, cobalah tips ini, dijamin…. pilek. Gimana nggak pilek wong kalo mandinya pake air dingin, tengah malam lagi.…!


 
     

 

Mengapa Ilalang?!

ILALANG PATAH. kupungut ilalang karena ia mewakili lukaku. ILALANG, tak pernah berguna bahkan lebih dianggap sebagai pengganggu meski kadang sebagai ciptaan ia ingin memberi arti lebih pada harmoni ketuhanan. PATAH, disingkirkan, diinjak otoritarian dan sering binasa menjadi korban ketamakan menjadi lagu wajib yang sering ia dendangkan di lembah kesepian. namun jika kalian rindu symphoni keindahan bernyanyi di pelataran hati, berharaplah kepada ilalang karena ia akan segera menggrafir senja kelabu kalian dengan tarian dan nyanyian meski hatinya kadang merintih pelan.

 

Catatan Kemarin

 
Line Status! 

Y!M : danang_wepe

 
P e n a m p a k a n . . !
 
K u d e n g a r k a n

raihan nowseeheart hawari diwani brother hijjaz saujana wafiqazizah rhoma hadadalwi enya kitaro yanni v.mae mozart beethoven dewa chopin strauss diegomodena padi kla tipe-x peterpan iwanfals satoe

 
Yang Telah Berjasa

[kerabat wwf jogja] bem-ugm kmip bem-fpn hmi-faperta j. shalahudin mushalla faperta gembhus gmpp inspirasimati wongD83 feree bucan gemBhus-band

 
J e p R e t a n

 
Kartu Tanda Penduduk
Email : ilalangpatah@plasa.com
Frndster : kotareus@yahoo.com
Icq  : 277546373
Y!M : danang_wepe
Phone : 0856293098x
 

Ukirkan Jejakmu..!

Name :
Web    :
Message :
                
by. doneeh.cOm

 
Mpun Dirawuhi Tiyang :

Free Web Site Counter
Auction Search

 

Kawan Ilalang

 
Terdaftar Di 

    
 

 
C r e d i t s