|
|
|
|
|
|
|
Di Suara Akar Rumput
"......bagi d*****, mengatasi wabah demam berdarah yang sedang terjadi saat ini, jangan terlalu banyak menuntut pemerintah. Justru harus berangkat dari kesadaran diri sendiri, ada bahaya DBD. "Antisipasi kasus DBD tahun ini meski belum dapat dikatakan ideal, namun sudah baik dibanding sebelumnya. Tinggal semakin mengintensifkan kesadaran untuk hidup sehat kepada masyarakat," ujar mahasiswa Fakultas Pertanian UGM yang kost di Sendowo Sinduadi Mlati ini..." (suara akar rumput Kedaulatan Rakyat, 06 Maret 2004)
Tanggal 6 Maret kemarin pendapatku tentang wabah DBD (Demam Berdarah Dengue) ada di Kedaulatan Rakyat. Trus banyak teman-teman yang pada sms ngasih komentar. Sebagian mereka bilang bagus namun ada juga yang gak setuju dengan pendapatku dan pada dasarnya sih aku juga agak kaget tulisannya jadi begitu. Saat itu kubilang antisipasi wabah DBD tahun ini lebih baik dibanding sebelumnya, itu untuk dusun Sendowo (kosku) yang memang harus kuakui foggingnya lebih rajin sekarang dibanding dulu. Tapi untuk skala nasional tetep saja dodol kan...??!! Apalagi “WABAH BESAR” DBD yang katanya selalu berputar tiap 5 tahun ini dan menyebabkan jumlah kematian akibat DBD yang fantastis ini mengindikasikan antisipasi kita amat sangat lemah terhadap DBD. Saat kubaca tulisan itu aku sungguh merasa menyesal dan gak enak hati sama pasien dan keluarga yang terkena. Aku tuh maunya di rubrik itu pendapatku ditulis gini “....menurut D***** untuk antisipasi dan penanganan wabah demam berdarah di dusun Sendowo meski belum dapat dikatakan ideal, namun ternyata sudah lebih baik dibanding sebelumnya dst.....”
Tapi seperti kata kawanku Andian, semua telah terlanjur dan saat ini aku hanya bisa bilang “Untuk saudara-saudaraku yang terkena DB, maafkan aku......!!! Hiks....!” Dan untuk mbak wartawan kemarin yang baik, maaf mungkin tulisan ini menyinggung perasaan anda. Maafkan saya...!! |
|
|
|
|
T E L A T
Rohku terengah mengejar bayangan yang beranjak senja
Ia makin mendekat pada kematian belantara
"Kamu sudah tua...!"
Berkata tubuhku kepada jiwa
"Sigma-sigma detikmu teramat renta
untuk sekedar bersua sebiji asa"
Gerutu mataku di pelataran nyawa
"Bulsit dengan cita-cita.
Kamu telah kalah sekarang...!!"
Teriak telinga di keremangan gendang suara
Matikah asa...?
Mampuskah harapan...?
Sekaratkah cita-cita...?
Ah...!
Dan di pojok kamar semesta
Aku tepekur di gerbong usia
Jogjakarta, 07 maret 2004
|
|
|
|
|
|
|
|
Ulang Tahun
-
Sekarang, 6 Maret 2004.
Besok aku ulang tahun. Kata temanku, walau budaya memperingati ulang tahun sudah lama ada, tapi budaya ini justru baru disebarkan ke sebagian besar wilayah dunia oleh bangsa jerman saat hitler melebarkan sayap kekuasaannya. mungkin bagi yang memperingati, harus berterimakasih pada hitler kali ya....???
and stori's kaming sun........
|
|
|
|
|
|
|
|
PASUKAN INFANTERI
Sbenernya aku punya rencana mo ngeprint proposal penelitian kemarin, tapi pas sorenya ternyata kakiku kambuh lagi lemesnya, dan akhirnya tertunda baru tadi aku bisa ke rental sekedar ngeprint. Bayangpun, aku jalan dari sendowo ke dekat jembatan sarjito yang jaraknya sekilo lebih buat ngeprint yang cuma beberapa lembar, belom lagi ada orang gila (yang kayaknya mahasiswa sedang boncengan sama ceweke) yang naik motor yak-yakan sampe hampir nyerempet aku...!!!
Yah, kadang aku berfikir, inikah mahasiswa kita yang kalo demo mengatasnamakan rakyat...? Rakyat yang mana...? Rakyat kecil yang cuma punya sendal jepit utk kemana-mana dan hampir terserempet itu...? Rakyat yang dipameri kemewahan, kegagahan dan kesombongan di atas sepeda motor? Rakyat yang tidak pernah dihargai aktifitas pedestriannya dengan dicekoki timbal yang nyemprot2 dari ujung knalpot?
Kembali aku mengelus dada..... inilah indonesia.
|
|
|
|
Pulisiku oh pulisi kita
-
4 hari kemaren aku nganter feree nyari makan di angkringan kranggan (dekat tugu jogja). Pas disana ampun deh... kulihat mbak2 PSK di seberang jalan bergaya ya... spt itulah...! tapi yang membuatku ngelus dada bukan PSK itu, tapi karena tiba2 ada mobil polisi datang. Kalo ngasih sesuatu ke PSK dan bodyguardnya biar taraf hidupnya meningkat sih gak papa, tapi ini malah minta pajak yang kata orang2 di sekitar kita sih, uang keamanan. Dan itu terjadi bukan cuma utk polres, tapi juga polda, belum lagi pemda dan aparat desa.
Harusnya ya, menurut perasaanku, pak polisi tuh kalo memang dia ngerasa sebagai penegak undang-undang dan prostitusi itu dilarang, ya... tangkep aja trus masukin ke panti2 sosial spt yg kita liat di tivi2 itu, bukannya malah membiarkan bahkan melindungi dengan melegalkan hal2 itu terjadi di wilayah mereka.
|
|
|
|
|
|
| | | | |
|
|